Thursday 17 June 2010


Akhir jaman !!! Saat manusia tidak malu lagi melakukan hal yang bertentangan dengan kaidah kebaikan. Dimana sebagian besar orang sangat menghambakan dirinya untuk berbuat seperti apa yang dilakukan public figure yang dianggap mempunyai kelebihan-kelebihan. Lihat saja, bagaimana orang kebanyakan berlomba untuk berdandan dan berpenampilan ala artis/aktor, berbicara dan berlogat layaknya pejabat atau ahli tutur alias pendakwah terkenal, dll.

Gencarnya media pemberitaan dalam mempromosikan kehidupan para public figure sangat ditunggu oleh penikmatnya, sehingga berapapun acara serupa ditayangkan (awalnya satu yang lainnya mengekor karena ternyata ratingnya tinggi) begitu antusiasnya penikmat mengikutinya. Maka terjadilah, ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata, bahkan jutaan lainnya serta media massa.

Ketika para selebritis dengan bangga menjadikan kehamilan di luar pernikahannya sebagai ajang sensasi, yang ditunggu-tunggu …  “Siapa ya calon bapak si jabang bayi ?  Mirip siapa kah ?” Mungkin banyak yang berkata: “Wajarlah namanya saja artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi”. Bila perlu, mulai bangun tidur hingga tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik. 

Pada saat pejabat atau petinggi terekam sedang melakukan tindakan tidak senonoh, perselingkuhan, perzinahan, korupsi, dan perbuatan menyimpang/melanggar etika moral, hukum dan agama, dengan entengnya pendukungya membela : "itu kan perbuatan lawan politik yang ingin menjatuhkannya !". Selanjutnya bahkan dengan segala kepiawaian hukum (ala dunia politik) dan diplomasi akhirnya malah menjadi pemicu karir bak meteor.

What the hell ???!!!!

Dan sekarang ternyata bukan hanya public figure yang bisa seperti itu. Sadar atau tidak, ribuan orang saat ini sedang menikmati agar semua aktivitasnya dapat diketahui oleh orang lain, dikomentari, bahkan mohon maaf, juga dilecehkan. Namun herannya, yang bersangkutan malah merasa senang dan puas.

Facebook! Ya, itulah namanya. Setiap saat para jama'ahnya (baca : pengguna) meng-update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentari. Lupa atau memang disengaja, hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga atau rahasia pribadi menjadi kebanggaan di statusnya. 

Tengok saja beberapa status facebook dibawah ini:

Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya ….. ?”  Kemudian puluhan komentar bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan lelaki temannya menuliskan “Mau ditemanin ? Dijamin puas deh…”

Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa …. habis malam jumat ya begini”. Komentar-komentar nakal pun bersautan.

Ada yang menulis “Bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi”. Tak pelak posting bernada pelecehan menyambutnya.

Yang laki-laki juga tidak kalah hebat menulis statusnya “Habis minum jamu nih, ada yang mau menerima tantangan ?” Langsung saja puluhan tanggapan datang.

Ada yang hanya menuliskan, “Lagi bokek, kagak punya duit…”, “Mau tidur nih, panas banget, bakal tidur pake dalaman lagi nih”. Terbayang seperti apa komentar yang menyergap status hot in?

Dan masih banyak status-status lainnya yang numpang beken dan ingin diberi komentar yang sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh seorang mukmin. Dan itu secara sadar atau tidak telah dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

Selain status, Facebook juga memberikan kemudahan bagi jama'ahnya untuk upload foto. Disinilah hal kejam lainnya, namun herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya ditutup dan tidak perlu di tampilkan. 

Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja di upload di albumnya. Foto-foto saat SMA dulu ketika selesai berolah raga, berkaos dan bercelana pendek. Padahal sekarang beliau telah melaksanakan amalan wanita sholihah dan berjilbab dan sebagian besar foto yang belau upload sudah berjilbab.

Ada seorang wanita meng-upload foto lama temannya yang sedang bermesraan dengan teman prianya saat itu, bergandengan, bergelayutan mesra, dll. Padahal saat ini sang teman sudah berubah menjadi wanita sholehah  dan bahkan telah bersuamikan selain dari pria yang ada di photo jadulnya itu. 

Ada pula seorang pria meng-upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dalam kondisi sangat seronok. Padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

Rasanya hilang apa yang diajarkan dan ditauladankan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Rasulullah SAW begitu  menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Contohnya ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah : “Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?”. Aisyah pun menjawab “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasululloh dengan tersenyum lalu berkata “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Jadi, tidak perlu orang lain tahu bahwa tidak ada makanan di rumah Rasulullah.

Ingatlah ketika Abdurahman bin Auf mengikuti Rasulullah berhijrah dari Mekah ke Madinah, saat saudaranya dari kaum anshor menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, “Tunjukan saja saya pasar”. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Malu itu sebagian dari iman”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan fenomena di atas menjadi tanda besar buat kita, hegemoni ‘kesenangan semu’ yang dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya. Celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga kehormatan diri dan keluarga.

Beberapa orang sering dengan mudahnya meng-up date status mereka dengan kata-kata yang tidak jelas, entah apa tujuannya. Numpang beken ? Cari perhatian ? Pengin banyak komentar dari lainnya”.
> Dingin . . .
> B.E.T.E.  . . .
> Kangen . .
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . . .   dll ….

Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita: “Apabila kamu tidak malu, maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (HR. Bukhari).

Mari jagalah kehormatan diri dan saudara-saudara kita. Janganlah tampakkan lagi aib-aib di masa lalu. Simpan rapat keluh kesah ! Simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat kehormatan kita luntur tak berbekas. Semoga Allah menjaga aib-aib kita dan dimudahkan mengamalkannya, amin.

0 comments:

Blog Archive

Breaking News

Popular Posts