Friday 25 June 2010


Ubuntu 10.04 dengan code name lucid lynx sudah resmi dilaunching pada tanggal 29 April 2010. Merupakan release LTS (Long Term Support) yang akan mendapatkan support sampai 2013 untuk versi desktop dan 2015 untuk versi server.

Beberapa default yang ditawarkan dan diklaim sebagai kelebihan release 10.04 adalah :

  • Waktu booting lebih cepat
  • Browsing dengan web broser mozilla firefox yang lebih cepat dan lebih aman
  • Open Office yang kompatible dengan Microsoft Office untuk pembuatan file dokumen, presentasi dan lembar kerja yang lebih mudah dan profesional
  • Software centre yang memudahkan pengguna untuk mengakses ribuan software dengan gratis. Mudah dan cepat menginstall dan menghapusnya. Kategori yang disiapkan sangat lengkap yakni meliputi software pendidikan, permainan, sound dan video, editing gambar, pemograman dan office
  • Software email dan chating yang memudahkan pengguna untuk mengirim dan membaca pesan serta berkomunikasi dengan pengguna lain di seluruh dunia baik melalui google chat, yahoo chat dll
  • Tersedia software gwibber yang memungkinkan pengguna untuk selalu update status pada jejaring social yang sedang marak, misalkan facebook, twitter, flicker, dll
  • Beli music secara online melalui ubuntu one music store
  • Kemudahan untuk melihat, mengedit dan sharing photo dengan F-Spot
  • Ubuntu one dengan default size storage sebesar 2GB memungkinkan pengguna ubuntu melakukan syncronisasi file apapun dan mengaksesnya dari komputer manapun.
  • Membuat video file, mengedit dan memainkan dengan tersedianya softare video player dan video editor
Melihat sekian banyak kelebihan, ingin rasanya segera merasakan ubuntu release 10.04 untuk menggantikan release 9.10 yang sudah menemaniku hampir setahun;


Maka langsung aku meluncur ke "tekape" untuk mendapatkan file iso desktop yang akan aku install di laptopku.

Thursday 17 June 2010

Cinta kepada Rasululloh, Nabiyulloh Muhammad SAW, hukumnya adalah wajib. Sabda Rasulullloh SAW : “Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [I/58] no: 15, dan Muslim dalam Shahih-nya [I/67 no: 69])

Bahkan saat Umar bin Khattab r.a. berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Tidak, demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Maka berkatalah Umar, “Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri!” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [XI/523] no: 6632)

Dan masih banyak lagi hadits-hadits senada yang menekankan wajibnya mencintai Rasulullah, karena hal tersebut merupakan inti agama dan menjadikan bukti kesempurnaan iman seseorang.

Sebagian dari bukti kecintaan kepada Rasulullah adalah :
 
a. Meyakini bahwa Muhammad SAW benar-benar utusan Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau adalah Rasul yang jujur dan terpercaya, tidak berdusta maupun didustakan. Beliau adalah Nabi yang paling akhir, penutup para nabi. Setiap ada yang mengaku-aku sebagai nabi sesudah beliau adalah dusta, palsu dan batil. (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal: 137, Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaid al-Arba’in an-Nawawiyah, hal 38, Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 56).

b. Menaati perintah dan menjauhi larangannya
Allah menegaskan : وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا yang artinya : “Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

c. Membenarkan berita-berita yang beliau sampaikan, baik itu berupa berita-berita yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, karena berita-berita itu adalah wahyu yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sesuai dengan firman Alloh : وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى yang artinya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu, menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)

d. Meneladani tata-cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam beribadah kepada Alloh, tanpa ditambah-tambah ataupun dikurangi. 
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :  لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ yang artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21) dan diperkuat  sabda Nabi  yang  menjelaskan, “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya (III/1344 no 1718).

e. Meyakini bahwa syariat yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setingkat dengan syari’at yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala dari segi keharusan untuk mengamalkannya, karena apa yang disebutkan di dalam As Sunnah, serupa dengan apa yang disebutkan di dalam Al Quran (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal: 138). 
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ yang artinya : “Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (QS. An-Nisa: 80)

f. Membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala Beliau masih hidup, dan membela ajarannya setelah beliau wafat. Dengan cara menghafal, memahami dan mengamalkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga menghidupkan sunnahnya dan menyebarkannya di masyarakat.

g. Mendahulukan cinta kepadanya dari cinta kepada selainnya. Sebagaimana kisah yang dialami oleh Umar di atas.

h. Termasuk tanda mencintai Rasulullah SAW, adalah mencintai orang-orang yang dicintainya. Mereka antara lain: keluarga dan keturunannya (ahlul bait), para sahabatnya (Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquq al-Mushthafa, karya al-Qadli ‘Iyadl [II/573], Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah [III/407], untuk pembahasan lebih luas silahkan lihat: Huquq an-Nabi ‘Ala Ummatihi fi Dhaui al-Kitab wa as-Sunnah, karya Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimi [I/344-358]), serta setiap orang yang mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga masih dalam kerangka mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah kewajiban untuk memusuhi setiap orang yang memusuhinya serta menjauhi orang yang menyelisihi sunnahnya dan berbuat bid’ah. (Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquq al-Mushthafa, [2/575], untuk pembahasan lebih lanjut silahkan lihat: Huquq an-Nabi ‘Ala Ummatihi [I/359-361])


Akan tetapi jangan sampai dipahami bahwa cinta kita kepada Rasulullah SAW akan membawa kita untuk bersikap ghuluw (berlebih-lebihan), sehingga mengangkat kedudukan beliau melebihi kedudukan yang Allah karuniakan kepada Nabi-Nya. Mengadakan amalan-amalan yang sama sekali tidak disyari'atkan oleh Alloh dan Rasululloh serta tidak pernah dilakukan oleh khulafaurrosyidin dan para salafush shalih. Beberapa contoh praktek perbuatan yang ghuluw (berlebih-lebihan) adalah : ber-istighatsah (meminta pertolongan) dan memohon kepadanya, meyakini bahwa beliau mengetahui semua perkara-perkara yang ghaib, dan lain sebagainya. Padahal jauh-jauh hari Nabi telah memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus ke dalam sikap ekstrem ini, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani berlebih-lebihan dalam memuji (Isa) bin Maryam, sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka ucapkanlah (bahwa aku): hamba Allah dan rasul-Nya.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [VI/478 no: 3445])  

Contoh lain dari sikap ekstrem yang berkembang adalah berlebihan dalam mengagung-agungkan Nabi, hingga menyifatinya dengan sifat-sifat yang merupakan hak prerogatif Allah subhanahu wa ta’ala. Di antara bukti sikap ini adalah apa yang ada dalam “Qashidah al-Burdah” yang sering disenandungkan dalam acara peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا أَكْرَمَ الْخَلْقِ مَا لِي مَنْ أَلُوْذُ بِهِ سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الْحَادِثِ العَمِمِ …

فَإِنَّ مِنْ جُوْدِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّتَهَا وَمِنْ عُلُوْمِكَ عِلْمُ اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ

“Wahai insan yang paling mulia (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)!

Tiada seseorang yang dapat kujadikan perlindungan selain dirimu, ketika datang musibah yang besar…

Karena kebaikan dunia dan akhirat adalah sebagian kedermawananmu,

dan sebagian dari ilmumu adalah ilmu lauh (mahfudz) dan qalam”

(Tabrid al-Buldah fi Tarjamati Matn al-Burdah, M. Atiq Nur Rabbani, hal: 56).

Astaghfirullah, la haula wa la quwwata illa billah… Bukankah kita diperintahkan untuk memohon perlindungan hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala ketika tertimpa musibah?? (Lihat: QS. Al An’am: 17 dan At Taghabun: 11). Bukankah kebaikan dunia dan akhirat bersumber dari Allah semata?! Kalau bukan kenapa kita selalu berdo’a: “Rabbana atina fid dun-ya hasanah wa fil akhirati hasanah…” ?? Terus kalau ilmu lauh mahfudz dan ilmu qalam adalah sebagian dari ilmu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas apa yang tersisa untuk Robb kita Allah subhanahu wa ta’ala??!!

Maulid Nabi ???!!!

Ya.. Maulid Nabi dianggap sebagai amalan yang sering dipergunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Nabi. Sampai-sampai sudah menjadi budaya, hingga timbul semacam ketakutan moral diasingkan dari arena sosial jika tidak mengikutinya. Bahkan ada yang merasa berdosa jika tidak turut menyukseskannya.

Apakah perayaan maulid Nabi pernah diperintahkan oleh Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah para sahabat pernah mengerjakannya? Atau mungkin salah seorang dari generasi Tabi’in atau Tabi’it Tabi’in pernah merayakannya? Kenapa pertanyaan-pertanyaan ini perlu untuk diajukan? Karena merekalah generasi yang telah dipuji oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai generasi terbaik umat ini, dan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah kabarkan bahwa perpecahan serta bid’ah akan menjamur setelah masa mereka berlalu. Ditambah lagi merekalah orang-orang yang paling sempurna dalam merealisasikan kecintaan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Merujuk kepada literatur sejarah, kita akan dapatkan bahwa acara maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah sekalipun dirayakan pada masa tiga generasi awal umat ini, banyak sekali para ulama kita yang menegaskan hal ini.

Di antara para ulama yang menjelaskan bahwa Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah dikerjakan pada masa-masa itu:

1. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany, sebagaimana yang dinukil oleh as-Suyuthi dalam Husn al-Maqshid fi ‘Amal al-Maulid lihat al-Hawi lil Fatawa (I/302).
2. Al-Hafidz Abul Khair as-Sakhawy, sebagaimana yang dinukil oleh Muhammad bin Yusuf ash-Shalihy dalam Subul al-Huda wa ar-Rasyad fi Sirati Khairi al-’Ibad (I/439).
3. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dalam Iqtidha ash-Shirath al-Mustaqim (I/123).
4. Ibnul Qayyim, dalam kitabnya I’lam al-Muwaqqi’in (II/390-391).
5. Al-Imam Tajuddin Umar bin Lakhmi al-Fakihani, di dalam risalahnya: Al-Maurid fi al-Kalami ‘ala al-Maulid, hal: 8.
6. Al-Imam Abu Zur’ah al-Waqi, sebagaimana yang dinukil oleh Ahmad bin Muhammad bin ash-Shiddiq dalam kitabnya Tasynif al-Adzan, hal: 136.
7. Ibnu al-Haj, dalam kitabnya al-Madkhal (II/11-12, IV/278).
8. Abu Abdillah Muhammad al-Hafar, sebagaimana yang dinukil oleh Ahmad bin Yahya al-Wansyarisi dalam kitabnya al-Mi’yar al-Mu’rib wa al-Jami’ al-Mughrib ‘an Fatawa Ulama Ifriqiyah wa al-Andalus wa al-Maghrib (VII/99-100).
9. Muhammad Abdussalam asy-Syuqairi, dalam kitabnya as-Sunan wa al-Mubtada’at al-Muta’alliqah bi al-Adzkar wa ash-Shalawat, hal: 139.
10. Ali Fikri, dalam kitabnya al-Muhadharat al-Fikriyah, hal: 128.

Lantas siapakah dan kapankah maulid pertama kali diadakan? Maulid pertama kali dirayakan pada abad ke empat hijriah (kurang lebih empat ratus tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) oleh seorang yang bernama al-Mu’iz lidinillah al-’Ubaidi, salah seorang raja Kerajaan al-Ubaidiyah al-Fathimiyah yang mengikuti paham sekte sesat Bathiniyah (Lihat kesesatan-kesesatan mereka dalam kitab Fadhaih al-Bathiniyah, karya Abu Hamid al-Ghazali, dan Kasyful Asrar wa Hatkul Asrar, karya al-Qadhi Abu Bakr al-Baqillani). Sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama.

Di antara para ulama yang mengungkapkan fakta ini:

1. Al-Imam al-Muarrikh Ahmad bin Ali al-Maqrizi asy-Syafi’i (w 766 H), dalam kitabnya al-Mawa’idz wa al-I’tibar fi Dzikri al-Khuthathi wa al-Atsar (I/490).
2. Al-Imam Tajuddin Umar bin Lakhmi al-Fakihani, di dalam risalahnya: Al-Maurid fi al-Kalami ‘ala al-Maulid, hal: 8.
3. Ahmad bin Ali Al-Qalqasyandi asy-Syafi’i (w 821), dalam kitabnya Shubh al-A’sya fi Shiyaghat al-Insya’ (3/502).
4. Hasan As-Sandubi dalam kitabnya Tarikh al-Ihtifal bi al-Maulid an-Nabawi, hal: 69.
5. Muhammad Bakhit al-Muthi’i (mufti Mesir di zamannya) dalam kitabnya Ahsan al-Kalam fima Yata’allaqu bi as-Sunnah wa al-Bid’ah min al-Ahkam, hal: 59.
6. Ismail bin Muhammad al-Anshari, dalam kitabnya al-Qaul al-Fashl fi Hukm al-Ihtifal bi Maulid Khair ar-Rusul shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal: 64.
7. Ali Mahfudz, dalam kitabnya al-Ibda’ fi Madhar al-Ibtida’, hal: 126.
8. Ali Fikri, dalam kitabnya al-Muhadharat al-Fikriyah, hal: 128.
9. Ali al-Jundi, dalam kitabnya Nafh al-Azhar fi Maulid al-Mukhtar, hal: 185-186.

Apa yang melatarbelakanginya untuk mengadakan perayaan ini? 

Bani Ubaid dengan rajanya al-Mu'iz lidinillah al-'Ubaidi telah melakukan pemberontakan terhadap Khilafah Abbasiyah, dan mendirikan negara sendiri di Mesir dan Syam yang mereka namai Al Fathimiyah.  Kaum muslimin di Mesir dan Syam tidak suka melihat tingkah laku mereka, serta cara mereka dalam menjalankan tali pemerintahan, hingga pemerintah kerajaan itu (Bani Ubaid) merasa khawatir akan digulingkan oleh rakyatnya. Maka dalam rangka mengambil hati rakyatnya, al-Mu’iz lidinillah al-’Ubaidi mengadakan acara maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ditambah dengan maulid-maulid lain seperti maulid Fatimah, maulid Ali, maulid Hasan, maulid Husain dan maulid-maulid lainnya. Termasuk perayaan Isra Mi’raj dan perayaan tahun Hijriah. Walau ulama zaman itu dan ulama abad kelima dan keenam berjibaku untuk mengingkari bid’ah-bid’ah itu,  namun amalan tersebut tetap berkembang dan dianggap sebagai wujud bukti cinta kepada Nabi dan orang-orang yand dicintai oleh Beliau. Bahkan awal abad ketujuh kebiasaan buruk itu mulai menular ke Irak, lewat tangan seorang sufi yang dijuluki al-Mula Umar bin Muhamad, kemudian kebiasaan itu mulai menyebar ke penjuru dunia, akibat kejahilan terhadap agama dan taqlid buta.

Jadi, sebenarnya tujuan utama pengadaan maulid-maulid itu adalah rekayasa politis untuk melanggengkan kekuasaan bani Ubaid, dan bukan sama sekali dalam rangka merealisasikan kecintaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ataupun kepada ahlul bait!! (Al-Ihtifal bi al-Maulid an-Nabawi, Nasy’atuhu-Tarikhuh-Haqiqatuh-Man Ahdatsuh, Ibrahim bin Muhammad al-Huqail, hal: 5).

Hal lain yang perlu kita ketahui adalah hakikat akidah orang-orang yang pertama kali mengadakan perayaan maulid ini. Dan itu bisa kita ketahui dengan mempelajari hakikat kerajaan Bani Ubaid. Bani Ubaid adalah keturunan Abdullah bin Maimun al-Qaddah yang telah terkenal di mata para ulama dengan kekufuran, kemunafikan, kesesatan dan kebenciannya kepada kaum mukminin. Lebih dari itu dia kerap membantu musuh-musuh Islam untuk membantai kaum muslimin, banyak di antara para ulama muslimin dari kalangan ahli hadits, ahli fikih maupun orang-orang shalih yang ia bunuh. Hingga keturunannya pun tumbuh berkembang dengan membawa pemikirannya, di mana ada kesempatan mereka akan menampakkan permusuhan itu, jika tidak memungkinkan maka mereka akan menyembunyikan hakikat kepercayaannya (Lihat: Ar-Raudhatain fi Akhbar ad-Daulatain, Abu Syamah asy-Syafi’i, (I/198), Mukhtashar al-Fatawa lil Ba’li, hal: 488).

Adapun hakikat orang yang pertama kali mengadakan maulid yaitu al-Mu’iz lidinillah al-’Ubaidi, maka dia adalah orang yang gemar merangkul orang-orang Yahudi dan Nasrani, kebalikannya kaum muslimin dia kucilkan, dialah yang mengubah lafadz azan menjadi “Hayya ‘ala khairil ‘amal”. Yang lebih parah lagi, dia turut merangkul paranormal dan memakai ramalan-ramalan mereka (Lihat: Tarikh al-Islam karya adz-Dzahabi XXVI/350, an-Nujum az-Zahirah fi Muluk al-Mishr wa al-Qahirah karya Ibnu Taghribardi IV/75). Inilah hakikat asal sejarah maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan perlu diketahui, bahwa kecintaan kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah diukur dengan merayakan hari kelahiran beliau atau tidak merayakannya. Bukankah kita juga mencintai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan puluhan ribu sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya? Apakah kita juga harus merayakan hari kelahiran mereka semua, untuk membuktikan kecintaan kita kepada mereka? Kalau begitu berapa miliar dana yang harus dikeluarkan? Bukankah lebih baik dana itu untuk membangun masjid, madrasah, shadaqah fakir miskin dan maslahat-maslahat agama lainnya?

Saking berlebihannya sebagian orang dalam masalah ini, sampai-sampai orang yang senantiasa berusaha menegakkan akidah yang benar, rajin sholat lima waktu di masjid, dan terus berusaha untuk mengamalkan tuntunan-tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya, tidak dikatakan mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hanya karena dia tidak mau ikut maulid. Sebaliknya setiap orang yang mau ikut maulid, entah dia sholatnya hanya setahun dua kali (idul adha dan idul fitri), atau dia masih gemar maksiat, dikatakan cinta kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukankah ini salah satu bentuk ketidakadilan dalam bersikap?

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang merealisasikan kecintaan yang hakiki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Akhir jaman !!! Saat manusia tidak malu lagi melakukan hal yang bertentangan dengan kaidah kebaikan. Dimana sebagian besar orang sangat menghambakan dirinya untuk berbuat seperti apa yang dilakukan public figure yang dianggap mempunyai kelebihan-kelebihan. Lihat saja, bagaimana orang kebanyakan berlomba untuk berdandan dan berpenampilan ala artis/aktor, berbicara dan berlogat layaknya pejabat atau ahli tutur alias pendakwah terkenal, dll.

Gencarnya media pemberitaan dalam mempromosikan kehidupan para public figure sangat ditunggu oleh penikmatnya, sehingga berapapun acara serupa ditayangkan (awalnya satu yang lainnya mengekor karena ternyata ratingnya tinggi) begitu antusiasnya penikmat mengikutinya. Maka terjadilah, ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata, bahkan jutaan lainnya serta media massa.

Ketika para selebritis dengan bangga menjadikan kehamilan di luar pernikahannya sebagai ajang sensasi, yang ditunggu-tunggu …  “Siapa ya calon bapak si jabang bayi ?  Mirip siapa kah ?” Mungkin banyak yang berkata: “Wajarlah namanya saja artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi”. Bila perlu, mulai bangun tidur hingga tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik. 

Pada saat pejabat atau petinggi terekam sedang melakukan tindakan tidak senonoh, perselingkuhan, perzinahan, korupsi, dan perbuatan menyimpang/melanggar etika moral, hukum dan agama, dengan entengnya pendukungya membela : "itu kan perbuatan lawan politik yang ingin menjatuhkannya !". Selanjutnya bahkan dengan segala kepiawaian hukum (ala dunia politik) dan diplomasi akhirnya malah menjadi pemicu karir bak meteor.

What the hell ???!!!!

Dan sekarang ternyata bukan hanya public figure yang bisa seperti itu. Sadar atau tidak, ribuan orang saat ini sedang menikmati agar semua aktivitasnya dapat diketahui oleh orang lain, dikomentari, bahkan mohon maaf, juga dilecehkan. Namun herannya, yang bersangkutan malah merasa senang dan puas.

Facebook! Ya, itulah namanya. Setiap saat para jama'ahnya (baca : pengguna) meng-update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentari. Lupa atau memang disengaja, hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga atau rahasia pribadi menjadi kebanggaan di statusnya. 

Tengok saja beberapa status facebook dibawah ini:

Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya ….. ?”  Kemudian puluhan komentar bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan lelaki temannya menuliskan “Mau ditemanin ? Dijamin puas deh…”

Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa …. habis malam jumat ya begini”. Komentar-komentar nakal pun bersautan.

Ada yang menulis “Bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi”. Tak pelak posting bernada pelecehan menyambutnya.

Yang laki-laki juga tidak kalah hebat menulis statusnya “Habis minum jamu nih, ada yang mau menerima tantangan ?” Langsung saja puluhan tanggapan datang.

Ada yang hanya menuliskan, “Lagi bokek, kagak punya duit…”, “Mau tidur nih, panas banget, bakal tidur pake dalaman lagi nih”. Terbayang seperti apa komentar yang menyergap status hot in?

Dan masih banyak status-status lainnya yang numpang beken dan ingin diberi komentar yang sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh seorang mukmin. Dan itu secara sadar atau tidak telah dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

Selain status, Facebook juga memberikan kemudahan bagi jama'ahnya untuk upload foto. Disinilah hal kejam lainnya, namun herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya ditutup dan tidak perlu di tampilkan. 

Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja di upload di albumnya. Foto-foto saat SMA dulu ketika selesai berolah raga, berkaos dan bercelana pendek. Padahal sekarang beliau telah melaksanakan amalan wanita sholihah dan berjilbab dan sebagian besar foto yang belau upload sudah berjilbab.

Ada seorang wanita meng-upload foto lama temannya yang sedang bermesraan dengan teman prianya saat itu, bergandengan, bergelayutan mesra, dll. Padahal saat ini sang teman sudah berubah menjadi wanita sholehah  dan bahkan telah bersuamikan selain dari pria yang ada di photo jadulnya itu. 

Ada pula seorang pria meng-upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dalam kondisi sangat seronok. Padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

Rasanya hilang apa yang diajarkan dan ditauladankan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Rasulullah SAW begitu  menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Contohnya ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah : “Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?”. Aisyah pun menjawab “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasululloh dengan tersenyum lalu berkata “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Jadi, tidak perlu orang lain tahu bahwa tidak ada makanan di rumah Rasulullah.

Ingatlah ketika Abdurahman bin Auf mengikuti Rasulullah berhijrah dari Mekah ke Madinah, saat saudaranya dari kaum anshor menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, “Tunjukan saja saya pasar”. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Malu itu sebagian dari iman”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan fenomena di atas menjadi tanda besar buat kita, hegemoni ‘kesenangan semu’ yang dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya. Celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga kehormatan diri dan keluarga.

Beberapa orang sering dengan mudahnya meng-up date status mereka dengan kata-kata yang tidak jelas, entah apa tujuannya. Numpang beken ? Cari perhatian ? Pengin banyak komentar dari lainnya”.
> Dingin . . .
> B.E.T.E.  . . .
> Kangen . .
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . . .   dll ….

Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita: “Apabila kamu tidak malu, maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (HR. Bukhari).

Mari jagalah kehormatan diri dan saudara-saudara kita. Janganlah tampakkan lagi aib-aib di masa lalu. Simpan rapat keluh kesah ! Simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat kehormatan kita luntur tak berbekas. Semoga Allah menjaga aib-aib kita dan dimudahkan mengamalkannya, amin.

Friday 11 June 2010

istilah "april mop" membuat aku penasaran -mungkin karena aku lahir di bulan april-

April Mop yang juga di kenal sebagai April Fools' Day dalam bahasa Inggrisnya, yang diperingati setiap tanggal 1 April adalah hari dimana orang dianggap boleh berbohong, jahil, iseng atau berbuat dosa terhadap orang lain tanpa dianggap bersalah, berdosa dan hanya sebagai lelucon belaka.

Dari beberapa sumber berikut adalah risalah yang berhasil aku himpun yang -menurutku- masuk akal.

Teori pertama adalah kejadian di Perancis, sebelum abad ke-16, sebelum Paus Gregory memperkenalkan sistem penanggalan baru, tahun baru diperingati pada bulan April (kata April diserap dari bahasa Belanda "aprire" yang berarti membuka). Dalam sistem penanggalan baru, tahun dimulai dengan bulan Januari. Namun karena kurangnya sosialisasi sistem baru tersebut sehingga tidak bisa mencapai semua kalangan, sehingga masih ada sebagian orang yang tetap memperingati tahun baru di bulan April. Mereka yang memperingati tahun baru di bulan April inilah yang akhirnya diolok2 sebagai orang yang bodoh/tertipu/fool sehingga muncul istilah April Fools yang berarti orang-orang bodoh/tertipu yang memperingati tahun baru di bulan April.

Teori lain yang dimuat di Washington Post mengatakan bahwa tradisi ini dimulai pada jaman Romawi Kuno. Saat itu ada perayaan kepada dewi Ceres, Dewi Panen. Konon putri sang Dewi diculik oleh Pluto, dewa dunia gaib. Ceres diceritakan mengikuti gema suara teriakan anaknya, hal yang mustahil, sebab gema sangat sulit dicari sumber asalnya. Sehingga Ceres dikatakan melaksanakan “a fools errand” atau tugas orang bodoh.

Teori lain dari para agamais di Eropa yang menilai asal muasal April Mop merupakan tanggal lahir dan kematian Judas Iskariot yang menghianati Yesus, gurunya. Yudas identik dengan Iblis yang suka berdusta

Teori lain yang menyebutkan bahwa  April mop berasal dari hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib. April mop diperingati oleh mereka karena keberhasilan membantai umat islam tersebut dengan menggunakan siasat membohongi/menipu. Cerita atas teori ini adalah sebagai berikut : dahulu kala, di Spanyol para pemeluk islam mempraktekkan ajaran islam sampai dalam sendi-sendi kehidupan mereka, baik dalam bertutur maupun bertindak (termasuk berpakaian). Termasuk tidak mau mendengarkan musik, minum bir dan juga segala hal yang diharamkan dalam Islam. Kawasan eropa yang saat itu sebagian besar adalah kaum kristen merasa terganggu mencoba membersihkan islam dari kekuasaan Spanyol, namun selalu gagal. Untuk mempelajari dan mengetahui kelemahan islam, mereka mengirim pengintai ke Spanyol. Dari informasi pengintai tersebut, mereka mulai menyusun strategi untuk melemahkan muslim spanyol dan sekaligus menghancurkannya.

Dimulai dengan mengirim alkohol dan cigarette secara gratis kepada pemeluk islam. Ternyata taktik ini cukup berhasil dan melemahkan keyakinan umat Islam terutama kaum mudanya yang memang lebih mudah digoda dengan hal tersebut. Akhirnya sedikit demi sedikit kekuasaan islam di Spanyol yang sudah berjalan selama delapan ratus tahun berhasil dijatuhkan. 

Daerah terakhir yang jatuh kepada kekuasaan kaum kristen adalah Grenada (Ghornata). Umat islam yang terdesak berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara kristen masih tidak puas dan berusaha untuk menghapuskan semua umat islam beserta sendinya dari Spanyol, sehingga dibuatlah taktik untk menjebak mereka yang masih bertahan. Tentara kristen memberi pengumuman kepada kaum islam yang masih bertahan bahwa mereka diperbolehkan pergi keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluaanya dengan kapal yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Untuk menyakinkan umat islam, tentara kristen memang sudah menyiapkan kapal di pelabuhan.

Walaupun agak sangsi dengan hal tersebut dan diliputi rasa khawatir, umat islam akhirnya membuat persiapan untuk segera berlayar keluar dari Spanyol.

Tepat tanggal 1 April, saat umat islam mulai menuju ke pelabuhan, tentara kristen menyerang, menggeledah dan membakar rumah2 yang telah ditinggalkan. Selanjutnya semua kapal yang telah dipersiapkan juga dibakar. Umat islam yang sudah berada di luar semua akhirnya dibantai semua.

Akhrinya tanggal 1 April diperingati oleh tentara kristen sebagai hari kemenangan. Istilah April Mop / April fool's day adalah untuk mengolok orang islam yang telah berhasil mereka tipu dan perdaya sehingga bisa dibantai semuanya.

Dari kejadian tersebut akhirnya sebagian negara barat memperingatinya sebagai April Fool's Day, dengan istilah masing-masing. 

Di Inggris terkenal istilah April Noddie untuk menyebut orang-orang yang mudah tertipu.
Di Perancis disebut Poisson d'avril, artinya ikan April (mungkin maksudnya adalah ikan kecil yang gampang tertangkap atau tertipu)

Di Skotlandia di peringati selama 2 hari yang dinamakan April gowk, dan pada hari kedua dinamakan Taily day yang dikhususkan mengarah ke fisik seseorang pada anggota badannya.

Di Indonesia dikenal dengan istilah April Mop (Mop berasal dari bahasa Belanda yang artinya kelakar)

Bahkan terkait dengan April mop tersebut, media massa maupun dunia maya sering memperingatinya dengan berita-berita besar yang sebenarnya hanya lelucon. Di dunia maya sering terdengar April mop untuk berhati-hati akan datangnya virus yang sangat merusak yang tentu saja adalah bohongan.

Terlepas benar atau tidak, -menurut saya- tetap saja berbohong, jahil, iseng atau sebangsanya adalah perbuatan dosa karena merugikan orang lain.

Blog Archive

Breaking News

Popular Posts